Diramu apik tanpa berkesan menggurui, sehingga novel ini sangat layak untuk disimak sebagai bacaan oleh para remaja Islam.
Tak seorang pun berhak menilai hasil rancangan gaunku. Termasuk, sohibku sendiri seperti Dewi. Tapi, mengapa Dewi bersikap begitu? Ini tidak adil! Setelah apa yang aku lakukan padanya. ”Mengapa Dewi malah membalasnya dengan sesuatu yang membuat hatiku gelisah?” Aku, Revana Kemuning Arum akan meraih mimpiku sebagai Fashion Desainer sesaat lagi. Dan inilah cita-citaku. ”Oh, Allah yang ada di Arasy sana apakah Engkau sedang menegurku, setelah semua jerih payahku terkuras?” Reva gundah di antara dua pilihan, yang sebenarnya satu dia yakini kebenarannya. Haruskah Reva mengulang semua gambar rancangannya? Atau tetap mempertahankan rancangannya semula yang telanjur dipuji banyak orang? ”Waktumu tinggal tiga pekan lagi menuju hari-H pagelaran, Revana? Jangan pedulikan Dewi!” bujuk suara dalam hatinya. Oh …. Akankah Revana mengikuti suara hatinya?