Menapaktilasi perjuangan sosok prajurit ketika bertugas pada saat referendum Timor Timur terjadi. Sebuah pengabdian yang tak hanya mengorbankan cinta dan keluarga, tetapi nyawa menjadi taruhannya.
Mempertaruhkan Tanah Lorosae ke atas meja perundingan dalam pandanganku seperti sedang bermain-main dan mencoba melintasi tepi jurang yang sangat curam. Bila berhasil menjaga keseimbangan badan, kita akan selamat melewatinya. Namun, bila tidak awas dan kehilangan keseimbangan sedikit saja, tubuh kita akan tergelincir dan terhempas ke dasar jurang yang dalam. Hari itu pun tiba. 4 September 1999, hampir 80% rakyat Timor Timur memilih untuk rnelepaskan diri dari Republik Indonesia. Aku terpisah dari Ade. anak perempuanku. Aku bermaksud membawanya pulang ke Atambua. Namun, aku harus menyelesaikan urusanku dulu, tuntutan pelanggaran yang kurasa tidak pernah kulakukan. Ade, Ayah sangat merindukanmu bersiap-siaplah untuk kembali ke Atambua. Kita akan segera kembali ke sana.